MAKALAH
PENDIDIKAN SENI RUPA
PERAN GURU DALAM SENI RUPA
KELOMPOK X
DI SUSUN OLEH :
ENGGAR PATIWI
PRESTIVA DEVI
DITA APRILIA
NURUL BAITI
Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI
TULUNGAGUNG
Jalan Mayor Sujadi Timur No.7 Tulungagung -
Jawa Timur
Telp/Fax : 0355-321426 email : info@stkippgritulungagung.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan
Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang informasi pendidikan
seni rupa dan tujuan pendidikan nasional serta peranan guru seni rupa.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa.
Tidak lupa kami sampaikan banyak terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
1.Bapak Drs. H. Djoko Edy
Yuwono, M.M selaku ketua STKIP PGRI TULUNGAGUNG
2.Bapak M. Reyhan Florean, M.Pd selaku dosen pengajar mata
kuliah Pendidikan Seni Rupa dan pembimbing tersusunnya
makalah ini.
3.Anggota kelompok 10 yang telah menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun, sangat kami harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha yang telah dilakukan dalam penyusunan makalah ini.. Amin
Tulungagung, Oktober 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seni rupa adalah salah satu cabang kesenian,seni rupa
merupakan ungkapan gagasan dan perasaan manusia yang diwujudkan melalui
pengolahan median dan penataan elemen serta prinsip-prinsip desain.
Seni rupa merupakan realisasi imajinasi yang tanpa batas
dan tidak ada batasan dalam berkarya seni. Sehingga dalam berkarya seni tidak
akan kehabisan ide dan imajinasi. Dalam seni rupa murni, karya yang tercipta
merupakan bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Sehingga objek yang dibuat
merupakan hasil dari satu atau lebih dari media yang ada.
Dalam berkarya seni, tidak pernah ada kata salah dan juga
tidak ada yang mengatakan salah pada karya yang telah diciptakan. Namun
demikian, di dalam proses berkarya seni, karena dalam hal ini adalah proses
belajar, maka harus dilakukan dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian pendidikan seni rupa?
2) Apa tujuan pendidikan nasional?
3) Bagaimana peranan guru seni rupa?
1.3 TUJUAN
1) Untuk mengetahui pengertian seni rupa.
2) Untuk mengetahui tujuan pendidikan nasional.
3) Untuk mengetahui peranan guru seni rupa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENDIDIKAN SENI RUPA DAN TUJUAN PENDIDIKAN
NASIONAL
2.1.1 PENDIDIKAN
SENI RUPA SD
Pendidikan Seni Rupa sesungguhnya merupakan
istilah yang relatif baru digunakan dalam dunia persekolahan. Pada mulanya
digunakan istilah menggambar. Penggunaan istilah pengajaran menggambar ini
berlangsung cukup lama hingga kemudian diganti dengan istilah Pendidikan Seni
rupa. Materi pelajaran yang diberikan tidak hanya menggambar tetapi juga
beragam bidang seni rupa yang lain seperti mematung, mencetak, menempel dan
juga apresiasi seni.
Tujuan pengajaran menggambar di sekolah adalah
untuk menjadikan anak pintar menggambar melalui latihan koordinasi mata dan
tangan. Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas anak. Pelaksanaan
pendidikan seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan
seni dapat dilakukan melalui kegiatan permainan. Tujuan pendidikan seni bukan
untuk membina anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi
kreatif. Seni merupakan aktifitas permainan, melalui permainan kita dapat
mendidik anak dan membina kreativitasnya sedini mungkin. Dengan demikian dapat
dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Pendidikan Seni Rupa adalah mengembangkan
keterampilan menggambar, menanamkan kesadaran budaya lokal, mengembangkan
kemampuan apreasiasi seni rupa, menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri,
mengembangkan penguasaan disiplin ilmu Seni Rupa, dan mempromosikan gagasan
multikultural.
PERLUNYA
PENDIDIKAN SENI RUPA DI SD
Menurut Sternberg ,kualitas emosional yang tampaknya penting, penting
bagi keberhasilan kualitas ini adalah kemampuan mengenali perasaannya sendiri
sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri
apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya
dan kemudian mengambil keputusan- keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola
emosi merupakan kemampuan sesorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri,
sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara
wajar. (Sternberg, Saloveri dalam Tolopan; 1997)
Menurut Pitcer (1982) mengatakan kemampuan membina hubungan
bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Dengan
seni rupa akan membantu anak-anak untuk mengerti orang lain dan memberikan
kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.
Anak-anak dengan kemampuan ini cenderung mempunyai banyak teman, pandai
bergaul. Melalui belajar kelompok dituntut untuk bekerjasama, mengerti orang
lain. Anak merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi
dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya.
Menurut Goleman (1995) mengatakan bahwa idealnya seseorang dapat
menguasai ketrampilan kognitif sekaligus ketrampilan sosial emosional.Melalui
bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran
spektrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing
namun juga menjadi amat ahli. Perkembangan Kognitif tidak dating dengan
sendirinya. Untuk mendorong pertumbuhan, kurikulum yang disusun berdasarkan
atas taraf perkembangan anak. Serta harus dapat memberikan pengalaman
pendidikan yang spesifik yaitu melalui pendidikan senirupa di sekolah.
JENIS KARYA SENI RUPA
1. Menggambar
Kegiatan menggambar di SD dapat diterapkan dalam berbagai cara dari
mulai pembuatan shet,pengembangan shet,menjadikan karya karya lukis atau gambar
,menggambar dengan skema,memindahkan gambar denagan bantuan kisi-kisi,dan
menggambar ekspresi dengan cara memberikan gambaran kepada siswa bagaimana
seorang maestro menggarap karya mereka dari awal sampai akhir.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan
pikiran-pikiran atau perasaan-perasaanya. Dengan kata lain, gambar merupakan
salah satu cara manusia mengekspersikan pikiran-pikiran atau
perasaan-perasaannya.
2. Finger Painting (Lukisan Jari)
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
v Dapat melatih motorik halus pada anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil
dan kematangan syaraf.
v Mengenal konsep warna primer (merah, kuning, biru). Dari warna-warna
yang terang kita dapat mengetahui kondisi emosi anak, kegembiraan dan
kondisi-kondisi emosi mereka.
v Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga menjadi warna yang
sekunder dan tersier.
v Mengendalkan estetika keindahan warna.
v Melatih imajinasi dan kreatifitas anak.
Ada beberapa metode atau cara dalam kegiatan finger painting :
Ø Menggunakan teknik basah (kertas dibasahi dulu)
Ø Menggunakan teknik kering (kertas tidak perlu dibasahi)
3. Melukis
Salah satu kebahagiaan terbesar dari pelukis bukan hanya kesenangan
tetapi juga mendapatkan berbagai banyak pengalaman dengan anak-anak selagi
mereka belajar melukis. Media yang digunakan untuk melukis pada anak usia dini
biasanya cat air, cat minyak, finger painting, dan lain-lain.
4. Membentuk
Arti kata membentuk dapat dimaksudkan sebagai mengubah, membangun dan
mewujudkan. Membentuk dalam kaitan kegiatan seni rupa adalah terjemahan dari
kata dalam bahasa Belanda “boetseren” atau bahasa Inggris “modeling”. Umumnya
bahan yang dipergunakan untuk kegiatan membentuk adalah bahan-bahan lunak
seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan sejenisnya. Tetapi
dalam pengembangannya, selama tidak mengingkari maksud dari arti kata membentuk
tadi, dapat dipergunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau
bahan-bahan lembaran yang sekiranya dapat dibentuk.
Teknik membentuk sangat beraneka ragam,diantaranya :
a. Disambungkan Membutsir
Membutsir adalah membuat karya tiga dimensi dari bahan yang lunak dengan
cara diremas-remas dengan tangan pada saat tanah masih dalam keadaan
lembek.Bahan yang biasa digunakan adalah tanah dan plastisin.Selain membutsir
dengan tangan yang diremas-remaskan tetapi sering juga menggunakan alat yang
disebut sudip.
b. Memahat
Membentuk dengan jalan membuang bahan yang tidak dipergunakan dengan
cara memahat.Setiap bahan ada peringkat pahat yang khusus .Media yang dapat
dipakai antara lain kayu,batu es,dsb.Karya yang dibuat dari bahan yang
disambung-sambung.
c. Cor (Menuang)
Proses menuang menggunakan bahan cair yang dituangkan pada alat acuan
yang berbentuk cetakan.Setelah menjadi keras dikeluarkan dari
acuan/cetakan.Bahan cair ini dibuat dari semen,plastic ,karet dan gips.
d. Merakit
Membuat karya dengan cara menyambung-nyambung beberapa bagian atau
potongan bahan.Caranya disebut merakit,hasilnya disebut rakitan.Potongan bahan
disambungkan dengan cara dilas,dipatri,disekrup atau dengan cara yang lain.
5. Mencetak
Mencetak adalah proses memperbanyak suatu gambar atau naskah dengan
menggunakan teknik tertentu diantaranya cetak datar,cetak tinggi,cetak
dalam,cetak saring,cetak copy,dan cetak dengan pintu out.
6. Menjiplak
Sebelum membuat cetakan apapun, anak-anak dapat menggunakannya untuk
menjiplak. Mereka cukup menempatkan sehelai kertas putih diatas permukaan pelat
dan dengan krayon, menggosok-gosokannya bahkan dengan keras untuk mendapatkan
gambarannya. Anak-anak merasa teknik menjiplak cukup mengagumkan dan
menggunakannya dengan banyak cara.
7. Kolase
Kolase dalam pengertian yang paling sederhana adalah penyusunan berbagai
macam bahan pada sehelai kertas yang diatur. Anak-anak di kelas biasanya
memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur,
lalu meletakkannya di tempat yang mereka suka. Sebagai bagian dari pengalaman
mereka dapat membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan
bentuk.
Ada beberapa macam kolase yaitu:
§ Kolase dengan kertas dan kain
§ Kolase dengan tekstur
8. 3M (Menggunting,Menempel,Melipat)
Karya rupa 3M ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas menjadi
suatu bentuk tiga dimensi. Di Jepang teknik seperti ini disebut teknik origami.
2.1.2 TUJUAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan Nasional
Indonesia bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UURI No.2 tahun 1989
Bab II Pasal 4). Pendidikan seni sebagai bagian dari Pendidikan Nasional,
seyogyanya memperhatikan makna yang terkandung dalam pernyataan di atas dan
berupaya untuk dapat menunjang pelaksanaannya. Seni dapat menghaluskan rasa,
dan mengembangkan daya cipta, serta mencintai kebudayaan nasional, bahkan
menghargai hasil-hasil kebudayan/kesenian dari bangsa manapun. Hal ini
diperlukan dalam rangka menghadapi kehidupan yang semakin kompleks, yang
ditandai dengan arus globalisasi akibat ledakan teknologi komunikasi.
Sebagai bagian dari Pendidikan Tinggi Seni program studi Seni Rupa memiliki tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum adalah menyiapkan peserta didik menjadi agggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan atau professional, mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi maupun seni dan mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat serta memperkaya kebudayaan nasional.
Pencapaian dari tujuan tersebut diusahakan dengan berpedoman pada tujuan
pendidikan nasiona, kaidah moral, dan etika ilmu pengetahuan dan kepentingan
masyarakat dengan memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa probadi.
Tujuan khusus pendidikan seni rupa adalah menghasilkan lulusan yang
memiliki kemampuan kreatif untuk menciptakan karya seni dan kemampuan akademik
untuk melakukan penelitian dan penulisan ilmiah di bidang seni rupa. Membekali
lulusan dengan wawasan dan pengetahuan yang luas yang memungkinkan terjadinya
proses silang budaya lokal-nasional-regional-internasional. Pada tingkat
lanjut, silang budaya akan mendorong potensi inovasi dan improvisasi artistic
yang memperkaya kebudayaan nasional, menanmkan pada lulusan sikap dan pola
perilaku yang menjunjung tinggi etika keilmuan dan etika kesenian yang sesuai
dengan norma dan kaidah kemanusiaan.
2.2
PERANAN GURU SENI
RUPA
Guru
memegang peranan penting dalam pendidikan seni. Setiap guru seni perlu memahami
kepemimpinan bagaimana dan tanggungjawab apa yang dituntut para siswa serta
bimbingan mana yang dapat memberi inspirasi kepada mereka; apa yang boleh dan
apa yang tidak boleh dia lakukan. Di ruangan kelas, setiap saat guru senantiasa
diperlukan siswanya.
Peran
kunci guru seni, tidak lagi terletak pada mengajarkan kepada siswa bagaimana
cara menggambar, atau memberikan contoh gambar untuk ditiru siswa, tetapi lebih
terfokus kepada penciptaan iklim belajar yang menunjang, suasana yang akrab
serta adanya penerimaan guru atas pribadi para siswa yang beranekaragam dengan
karya dan gagasan mereka yang bervariasi pula. Dalam keseluruhan
penyelenggaraan kegiatan seni di sekolah, peranan guru adalah memberi
inspirasi, memberi kejelasan/klarifikasi, membantu menerjemahkan gagasa,
perasaan dan reaksi siswa ke adalam bentuk-bentuk karya seni yang terorganisasi
secara estetis (Jefferson, 1969) atau menciptakan iklim yang menunjang bagi
kegiatan “menemukan”, “eksplorasi”, dan “produksi”. Peranan ini dapat dimainkan
guru, baik pada saat awal atau di tengah pelajaran sedang berlangsung. Tentu
saja, untuk dapat berperan seperti ini guru perlu “mengasah” kepekaan rasa
seninya secara memadai, melalui kegiatan belajar yang terus menerus (belajar
diartikan: mengamati, menghayati, mengkaji atau berkarya).
Tugas-tugas
guru seni sebetulnya cukup jelas dan spesifik tetapi jangan diartikan secara
kaku. Yang penting, tetaplah berorientasi kepada kebutuhan belajar siswa.
Tugas-tugas guru paling sedikit meliputi lima kegiatan penting, yaitu: (1) merancang,
(2) memotivasi, (3) membimbing, (4) mengevaluasi, (5) menyelenggarakan pameran.
Berikut
ini akan dibahas salah satu tugas yang sangat penting bagi guru dan perlu
dikembangkan, tetapi sering diabaikan yaitu memotivasi.
Sering
dikemukakan orang bahwa kegiatan berkarya seni, anak-anak tidak perlu
dimotivasi, karena mereka sudah dengan sendirinya menyukai kegiatan ini.
Pernyataan ini tidak sepenuhnya benar, sebagaimana terbuktidalam kenyataan.
Tidak semua anak secara spontan mampu berkresi, sekalipun ia berada pada fase
perkembangan yang disebut “the golden age of creative expression” (masa
keemasan ekspresi kreatif), sekitar usia kelas I-III SD. Kiranya faktor
lingkungan budaya turut memegang peranan penting dalam hal ini. Spontanitas
berekspresi-kreatif pada anak hanya terjadi jika didukung oleh iklim yang
menunjang dan melalui serangkaian pengalaman berkesenian, baik dalam bentuk
kegiatan apresiasi maupun kreasi.
Beberapa
cara yang dapat dijadikan alat memotivasi oleh guru pada awal pelajaran seni
rupa yaitu : insentif, membangunkan pengalaman pribadi (ingatan, asosiasi
emosional), pengamatan langsung kepada objek di lingkungan, asosiasi gagasan
dengan bahan/media dan perluasan pengetahuan.
Insentif
disini lebih diartikan sebagai penguatan (reinforcement)
bersifat non-material, yang memungkinkan para siswa tergugah minatnya untuk
mengikuti pelajaran. Bentuknya antara lain berupa : kata-kata pujian, gerak
mimik, acungan jempol, atau tanda persetujuan dan penerimaan guru kepada siswa
yang mengemukakan gagasan menarik. Hal ini dapat dilakukan terutama diskusi
awal.
Membangunkan
ingatan perlu dilakukan, untuk mengungkapkan kembali pengalaman siswa di masa
lalu yang mungkin sudah dilupakan. Caranya, dengan melakukan
pancingan-pancingan kata-kata, kalimat pernyataan atau pertanyaan yang tak
perlu dijawab secara verbal.
Asosiasi
gagasan dengan bahan. Artinya, setiap jenis bahan yang digunakan memiliki
karakter khusus yang memancing ide penciptaan. Memperluas pengetahuan artinya,
guru berupaya agar pengetahuan siap mengenai suatu objek yang telah dimiliki
siswa, ditambah, diperkaya ileh guru maupun siswa-siswa lainnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan diskusi pada tahap awal, pada waktu kegiatan berlangsung atau
setelah hasil karya selesai dibuat siswa. Pengetahuan yang luas akan
memperlancar proses kreasi, bahkan meningkatkan daya tarik hasil karya.
Akhirnya
guru perlu memperhatikan juga kapan saat-saat yang tepat diberikannya motivasi,
jangan sampai mengganggu siswa yang sedang asik bekerja (Wachowiak dan
Clements, 1993)
METODE PEMBELAJARAN SENI RUPA DI SD
1. Strategi Penataan
Strategi penataan berkaitan dengan rancangan menata urutan materi
pembelajaran dari yang mudah ke yang sulit, dari konkrit ke abstrak.
2. Strategi penyampaian
Strategi penyampaian berkaitan dengan media pembelajaran atau alat bantu
pembelajaran untuk menyampaikan materi yang telah dikemas.
3. Stategi pengelolaan
Strategi pengelolaan berkaitan dengan kegiatan pengelolaan kelas selama
pembelajaran dilaksanakan.
MODEL PEMBELAJARAN SENI RUPA
1. Model Terkait
Model terkait adalah model pembelajaran terpadu yang paling sederhana
karena menekankan pada hubungan secara eksplisit tentang konsep atau
prinsip,atau pokok bahasan atau ketrampilan atau tugas,atau sikap dalam suatu
bidang studi.Pada pembelajaran SR-KT terpadu keterkaitan dalam substansial
material seni.Model terkait dalam SR-KT terpadu dapat dimodifikasikan
berdasarkan jenis matra substansial seni.Urutan keterkaitan dan besr bobot
materi masing-masing substansial materi yang terkait.
2. Model Terjala
Merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.
Model ini menekankan hubungan antara dua atau lebih mata pelajaran melalui
tema. Pada pembelajaran seni rupa terpadu, model terjala ini dapat memadukan
secara intra bidang studi (seni music, tari) dan inter bidang studi (seni rupa,
music, tari, matematika, ips, ipa dll)
3. Model Terpadu
Model terpadu merupakan pembelahjaran terpadu yang menggunakan tema yang
diangkat dari adanya tumpang tindih tentang konsep ketrampilan dan sikap dalam
kurikulum yang berlaku dari berbagai mata pelajaran atau mata kajian.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pendidikan seni
sebagai bagian dari Pendidikan Nasional, seyogyanya memperhatikan makna yang
terkandung dalam UURI No.2 tahun 1989 Bab II Pasal 4 dan berupaya untuk menunjang
pelaksanaannya. Seni dapat menghaluskan rasa, dan mengembangkan daya cipta,
serta mencintai kebudayaan nasional, bahkan menghargai hasil-hasil kebudayan
atau kesenian dari bangsa manapun. Hal ini diperlukan dalam rangka menghadapi
kehidupan yang semakin kompleks, yang ditandai dengan arus globalisasi akibat
ledakan teknologi komunikasi.
Peran kunci guru
seni, tidak lagi terletak pada mengajarkan kepada siswa bagaimana cara menggambar,
atau memberikan contoh gambar untuk ditiru siswa, tetapi lebih terfokus kepada
penciptaan iklim belajar yang menunjang, suasana yang akrab serta adanya
penerimaan guru atas pribadi para siswa yang beraneka ragam dengan karya dan
gagasan mereka yang bervariasi pula
3.2 SARAN
Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih. Penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Rahma, Nur Fitria.2012. Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa. (
online).
(http://nurfitrarahma.blogspot.co.id/2012/07/konsep-dasar-pendidikan-seni-rupa.html),
diakses tanggai 23 Oktober 2015
Tya, Poenya 2010. Pembelajaran seni Rupa SD. ( online).
(http://tiyapoenya.blogspot.co.id/2010/09/pembelajaran-seni-rupa-sd.html),di
akses tanggal 23 Oktober 2015
Kurnia, Ulfa.2012. Peran Guru Dalam
Pendidikan Seni Rupa. ( online)
(http://ulfakarunia.blogspot.co.id/2012/07/peran-guru-dalam-pendidikan-seni-rupa.html),
di akses tanggal 23 Oktober 2015
No Name. (online) (https://www.blogger.com/feeds/878375600351713749/posts/default), diakses tanggal 23 Oktober 2015
No Name. (online)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar